cek wattpad @ruthanii
friendship
friendship means forever
Selasa, 10 November 2015
Sweet Memories (13)
![]() |
Awalnya hari-harinya terasa sepi, tanpa Rava yang selalu membawa keceriaan baginya. Namun seiring berjalannya waktu ia mulai dapat melupakannya orang yang pernah singgah di hatinya. Tanpa Rava hidupnya bahkan jauh lebih baik Ia selalu memulai harinya dengan senyuman, keceriaan sehingga tak ada seorangpun yang mengetahui bahwa dirinya merindukan sosok itu. Nina selalu berakting dengan sempurna, ia mampu meyakinkan orang-orang di sekitarnya bahwa ia telah melupakan orang itu, namun tetap saja ia tidak dapat membohongi perasaannya sendiri.
Bahkan semua sahabat Nina percaya bahwa ia telah sepenuhnya melupakan Rava, karena selama ini Nina juga hanya menyukainya secara sepihak, walaupun Rava sangat baik terhadapnya namun tetap saja hanya Ia yang menginginkan tetap bersamanya, hanya ia yang menyukainya , hanya ia yang selalu mengejarnya selama ini. Dan tentu saja Nina berjanji bahwa ia akan membuatnya berbalik, entah kapan saat itu datang Nina tetap akan menunggunya meski itu berarti ia harus menjauh untuk beberapa waktu lamanya.
Seperti biasanya ketika ia sedang sedih hanya diary coklatnya yang selalu setia menemaninya, lagi-lagi ia membuka buku itu dan mulai menuliskan beberapa kata:
Why are you so sad?
Because i can't understand our relationship
Sometimes i feel like we're friends
Sometimes i feel like we're more than friends.
But, sometimes i feel like i'm just stranger to you..
I'm sorry
sometimes i get jealous thinking that someone else could
make you happier than i could
I guess it's my insecurities acting up
because i know i'm not the prettiest, smartest,
or most fun and exciting.
**************************END**********************************
Sweet Memories (12)
Hari ini merupakan hari konser piano perdana Rava dan tentu saja Nina tidak dapat menonton acara tersebut, karena orang tuanya pasti tidak akan mengijinkannya keluar rumah untuk beberapa hari ini terlebih lagi dengan Rava. Kalau difikir-fikir telah 2 kali ini Nina melewatkan kesempatan untuk melihat Rava tampil di panggung, yang pertama Nina merasa sangat sedih karena walaupun jarak mereka sangat dekat tetap saja Nina tidak dapat melihatnya dan sekarang ada lagi hal yang menghalanginya. Entah bagaimana perasaannya pagi itu, sangat kacau dan sukar terlukiskan.
"Pagi Nin.."
"Iya pagi Ryan.."
"Pagi-pagi gini masa dah lemes gitu sih"
"Iya lagi ga mood"
"Oh oke gw pergi, gw gamau ganggu lu kalo lagi ga mood"
Setelah Ryan meninggalkannya di kelas itu, ia duduk termenung sendiri dalam kesunyian. Ryan memang merupakan salah satu orang yang mengerti dirinya, saat ia sedang tidak mood ia sama skali tidak mengharapkan seseorang menghampirinya kecuali jika ia sendiri yang memintanya.
"Nin.. nanti sore dateng kan?"
"Iya jam 3 kan?"
"iya Nin.. aku tunggu ya.."
Perasaannya sungguh kacau, ia tidak ingin membuat Rava kecewa, namun di sisi lain ia juga tidak dapat menentang orang tuanya. Setelah istirahat Nina pun melihat Rava yang meminta ijin untuk menyiapkan konsernya, tentu saja para guru bangga dan ikut mendukungnya. Ia hanya menatap kepergiannya dengan tatapan bingung.
Sepulang sekolah Nina dan beberapa temannya pergi ke tempat Rava, ia beruntung saat ia tiba di rumah orang tuanya sedang pergi dan ia berharap mereka masih pergi saat ia kembali nanti.
"Wow.. keren banget permainan pianonya, semua alunan musik yang dibuatnya sungguh indah" sahut beberapa orang di sekitar Nina.
Entah mengapa ia merasa bangga, padahal sudah jelas bahwa semua pujian itu bukan ditujukan padanya melainkan untuk Rava.Sesaat matanya memandang ke seluruh ruangan sampai ia terkejut melihat sosok yang walaupun masih berada di kejauhan namun ia sangat mengenalinya, itu adalah mamahnya. Dari mana ia mengetahui tempat ini, tamatlah riwayatnya pikirnya saat itu.
Dan benar saja mamanya segera menemukannya dan menyuruhnya pulang. Ia terlihat sangat kecewa karena Nina membohongi dirinya, dan entah sejak kapan penyesalan itu muncul dalam hati Nina ia baru saja membuat mamanya terluka. Sesampainya di rumah Nina dikunci di dalam kamarnya sendiri, baru kali ini ia diperlakukan seperti anak kecil di kunci di dalam kamarnya sendiri. Namun tentu saja ia tidak mengetahui bahwa mamahnya sengaja menguncinya karena ia kembali menemui Rava. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka namun sejak hari itu Rava tidak lagi mengajaknya bicara, tidak lagi menatapnya atau menyapanya.
Apa Rava masih kecewa sejak kejadian saat itu? karena ia tidak mengikuti acaranya sampai akhir? tapi tidak biasanya ia marah sampai seperti ini.Setiap kali mereka bertengkar hanya dalam waktu menit ataupun jam, namun sekarang Rava bahkan tak mau berbicara kepadanya. Walaupun berada di kelas yang sama, mereka bagaikan orang yang tak saling mengenal, dan tentu saja walau Nina ingin ia tidak berani mendekati Rava walau untuk sekedar bertanya.
Senin, 09 November 2015
Sweet Memories (11)
"Haloo.. Ninaa, aku ada kabar baik nih" kata Randy
"Kabar baik apaan, uda malem nih buruan ngomong"Kata Nina sambil melihat jam dinding yang telah menunjukan pukul sebelas malam.
"Lusa aku di undang buat main piano di sebuah acara musik terkenal"Kata Randy kegirangan
"Hah? serius.. aku ikut seneng deh, emang itu kan impian kamu dari dulu"
"iya makasih ya Nin.. yauda kamu bobo sana Nitee"
Setelah itu Nina pun menutup teleponnya, badannya terlalu lelah dan membuatnya ingin segera beristirahat, namun fikirannya masih memikirkan orang yang baru saja meneleponnya. apakah ia orang pertama yang diberi tahu? mengapa juga tidak memberitahunya besok pagi saat bertemu di sekolah. pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di fikirannya sampai ia terlelap.
Entah mengapa pagi yang indah untuk Randy itu menjadi hari yang sangat buruk untuk Nina. memang belum ada hal buruk yang terjadi hanya saja perasaannya sangat kacau pada hari ini dan biasanya perasaan tidak enaknya bukanlah tidak beralasan.
"Pagi ma.. Nina berangkat dulu ya"
"Kamu kenapa ga sarapan dulu?"
"Udah telat ma..."
"Telat apanya ini baru jam 6.05, makanya yang dipikirin jangan pacaran terus"
Nina yang sedang minum tiba-tiba saja tersedak mendengar ucapan mamanya itu
"Kok mamah tiba-tiba ngomong gitu?"
"Kamu liat kan nilai kemarin, jelek semua karna apa coba? karna yang kamu pikirin pacaran bukan sekolah"
"Apaan si mah Nina ga kaya gitu, lagian Nina ga pacaran"kata Nina sambil berlari keluar menuju mobilnya
Mengapa mamanya menjadi seperti ini? padahal dulu ia sempat mendukung hubungannya dengan Rava, mengapa sekarang Nina tidak boleh mendekati Rava lagi?.
Pagi itu kelas belum menunjukan tanda-tanda bel masuk, terlebih lagi lorong di depan kelas Nina sangat sepi hanya dilewati oleh beberapa orang yang kebetulan datang pagi.
Nina pun membuka buku diarynya dan mulai menuliskan tentang perasaannya pada pagi itu.
~Mengapa dunia terkadang tak adil?, disaat impianku mulai menjadi nyata.. disaat itu juga aku tersadar, bahwa semua itu hanya mimpi~
"Hayoo lagi nulis apa"Tanya Rava begitu sampai di meja Nina
"nggak kok"jawab Nina sambil menutup buku coklat kesayangannya
"Mata kamu kenapa merah gitu, kamu abis nangis?"
"Hai Nina,Rava cie pagi-pagi udah duaan"Sapa Saron
seketika itu juga Rava menutupi muka Nina, karena ia tahu Nina tidak ingin terlihat lemah dihadapan siapapun termasuk dirinya.
"eh ngga ini aku lagi ngajarin Nina. oh iya ada pr lho Sar"
"oh iya gw kerjain dulu ah, lupa"
"Thx ya Rav, lu emang yang paling ngertiin gw.."
Perasaan aneh itu kembali menghantuinya, membuatnya takut untuk melepaskan Rava. Nina tidak pernah berfikir akan seperti apa hari-harinya jika tanpa Rava di sisinya. Ia juga tidak ingin melepasnya, namun ia tak memiliki pilihan selain melepaskannya.
"Kabar baik apaan, uda malem nih buruan ngomong"Kata Nina sambil melihat jam dinding yang telah menunjukan pukul sebelas malam.
"Lusa aku di undang buat main piano di sebuah acara musik terkenal"Kata Randy kegirangan
"Hah? serius.. aku ikut seneng deh, emang itu kan impian kamu dari dulu"
"iya makasih ya Nin.. yauda kamu bobo sana Nitee"
Setelah itu Nina pun menutup teleponnya, badannya terlalu lelah dan membuatnya ingin segera beristirahat, namun fikirannya masih memikirkan orang yang baru saja meneleponnya. apakah ia orang pertama yang diberi tahu? mengapa juga tidak memberitahunya besok pagi saat bertemu di sekolah. pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di fikirannya sampai ia terlelap.
Entah mengapa pagi yang indah untuk Randy itu menjadi hari yang sangat buruk untuk Nina. memang belum ada hal buruk yang terjadi hanya saja perasaannya sangat kacau pada hari ini dan biasanya perasaan tidak enaknya bukanlah tidak beralasan.
"Pagi ma.. Nina berangkat dulu ya"
"Kamu kenapa ga sarapan dulu?"
"Udah telat ma..."
"Telat apanya ini baru jam 6.05, makanya yang dipikirin jangan pacaran terus"
Nina yang sedang minum tiba-tiba saja tersedak mendengar ucapan mamanya itu
"Kok mamah tiba-tiba ngomong gitu?"
"Kamu liat kan nilai kemarin, jelek semua karna apa coba? karna yang kamu pikirin pacaran bukan sekolah"
"Apaan si mah Nina ga kaya gitu, lagian Nina ga pacaran"kata Nina sambil berlari keluar menuju mobilnya
Mengapa mamanya menjadi seperti ini? padahal dulu ia sempat mendukung hubungannya dengan Rava, mengapa sekarang Nina tidak boleh mendekati Rava lagi?.
Pagi itu kelas belum menunjukan tanda-tanda bel masuk, terlebih lagi lorong di depan kelas Nina sangat sepi hanya dilewati oleh beberapa orang yang kebetulan datang pagi.
Nina pun membuka buku diarynya dan mulai menuliskan tentang perasaannya pada pagi itu.
~Mengapa dunia terkadang tak adil?, disaat impianku mulai menjadi nyata.. disaat itu juga aku tersadar, bahwa semua itu hanya mimpi~
"Hayoo lagi nulis apa"Tanya Rava begitu sampai di meja Nina
"nggak kok"jawab Nina sambil menutup buku coklat kesayangannya
"Mata kamu kenapa merah gitu, kamu abis nangis?"
"Hai Nina,Rava cie pagi-pagi udah duaan"Sapa Saron
seketika itu juga Rava menutupi muka Nina, karena ia tahu Nina tidak ingin terlihat lemah dihadapan siapapun termasuk dirinya.
"eh ngga ini aku lagi ngajarin Nina. oh iya ada pr lho Sar"
"oh iya gw kerjain dulu ah, lupa"
"Thx ya Rav, lu emang yang paling ngertiin gw.."
Perasaan aneh itu kembali menghantuinya, membuatnya takut untuk melepaskan Rava. Nina tidak pernah berfikir akan seperti apa hari-harinya jika tanpa Rava di sisinya. Ia juga tidak ingin melepasnya, namun ia tak memiliki pilihan selain melepaskannya.
Minggu, 04 Oktober 2015
Sweet Memories (10)
Pagi-pagi sekali Nina telah datang ke sekolahnya tentu saja untuk bertemu dengan Randy, namun karena Randy selalu berangkat saat bel sekolah akan berbunyi maka Nina hanya mondar mandir di depan gerbang tanpa melakukan sesuatu yang jelas.
"Hai Nin.. tumben lu uda dateng"Sapa Vito
"Lu juga tumben, biasanya siang tuh bareng gw wkwk"
"Lah engga saya mah emang rajin!"
"Yayaya terserah lu dah"
Sekitar setengah jam Nina menunggu di depan, sampai akhirnya Randy dateng dan malah bertanya dengan polosnya mengapa ia mondar-mandir di depan gerbang. Nina merasa sangat kesal karena orang yang di tunggunya itu tidak peka, namun karena suasana hatinya yang sedang baik maka ia pun memutuskan untuk tidak marah hanya untuk saat ini.
"Masi nanya gw ngapain, ya nungguin lu lah.."
"Hah? Nunggu gw kenapa? ciee ditungguin"
"Apaan sih, gw cuma mau bilang makasih kadonya. dah bye"
Setelah itu Nina berlari memasuki kelas, entah apa yang di fikirkan Randy saat itu tentang orang yang telah lama menunggunya namun saat ia datang hanya mengucapkan beberapa patah kata dan pergi begitu saja.
Gubrakk! Nina menabrak seseorang saat ia ingin masuk kedalam kelas.
"Ngapain si nih anak, lari-larian. ngomong-ngomong ngapain ke kelas?"
"Hah? Apaan si lu? kan kelas gw emang disini"
"Haha.. gw kira lu uda jadi satpam penjaga sekolah, lagian dari pagi uda jaga-jaga di luar aja"
"Wahh sialan"Segera tendangan kecil Nina mendarat di kaki Vito.
Mereka memang cukup akrab untuk dikatakan sebagai teman dekat namun tetap saja Nina tidak merasakan hal itu, ia hanya menganggap bahwa Vito adalah sahabat Randy bukan sahabatnya.
Dari awal pelajaran Nina tidak dapat berhenti tersenyum, terlalu banyak kenangan indah yang ada di fikirannya saat itu. "Nina kamu ngapain senyum-senyum terus kaya gitu, sini maju kerjain soal " Kata Bu Pinguin saat itu.
Nina yang saat itu sama skali tidak mendengarkan pelajaran bu Pinguin pun sangat kebingungan ia hanya menuruti perintah maju dan menulis soal, "Eh siapa suruh duduk? kerjakan". Mungkin bu Pinguin telah berfikir bahwa Nina akan lama mengerjakannya jadi ia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda yaitu mengoreksi ulangan.
Saat itu Nina hanya bengong di depan dengan memegang sebuah spidol, sampai akhirnya ada suara yang mengagetkannya "Nah itu di kaliin dulu terus blablabla". Nina tau dari mana suara itu berasal jadi ia percaya dan mengikuti suara itu tanpa sekalipun menengok ke belakang.
"Sekali lagi Thanks ya" Kata Nina kepada Randy
"Huu.. makanya jangan nakal, kalo guru ngomong di dengerin"
Seperti anak yang patuh Nina pun langsung menjawab "Iya deh iyaa maap"
Seusai pelajaran entah ada angin apa yang membuat Randy mau mengantarkan Nina pulang ke rumahnya.ternyata benar perkataan Randy waktu itu, hari-hari yang indah pun akan menanti di depan.
Sabtu, 03 Oktober 2015
Sweet Memories (9)
"Maa.. Nina uda pulang"
"Happy Birthday sayang.., maaf ya mamah terlalu sibuk bekerja jadi mamah suruh Randy mengajak kamu keluar"
Seperti ditusuk pedang hati Nina pun sakit seketika saat mamanya mengatakan bahwa ialah yang menyuruh Randy, jadi semua sikap Randy hari ini bukan dari hatinya?. pikirannya sangat kacau saat itu, hari yang indah berakhir menjadi hari yang menyeramkan.
"Sayang kamu kenapa? kamu gasuka ya sama cakenya? setau mama daridulu kamu selalu suka cheese cake buatan mama"
"Mah,, aku mau nanya. apa mama yang nyuruh Randy ngasih kejutan ke aku kaya tadi?, jadi mamah alesan Randy bersikap baik banget sama aku kaya tadi. Jujur Nina kecewa mah"
"Sayang kok kamu ngomongnya gitu sih, dia sendiri yang dateng kesini dia bilang mau ijin ngajak kamu ke pameran seni, mama ijinin dan mama dukung dia, karna mama gabisa ada buat kamu saat itu"
"Jadi mama beneran ga nyuruh dia kan ma?"
"Ngga sayang kamu percaya deh sama mama"
Entah kenapa setelah mendengar jawaban dari mamanya perasaannya jauh lebih baik.
Nina pun berjalan menuju kamarnya dengan santai, sampai akhirnya ada dering telepon yang mengagetkannya. "Hallo" Sapa orang diseberang sana.
"Hei ngapain telepon aku?"
"Hanya memastikanmu pulang dengan selamat hehe"
"Oke deh aku udah sampe rumah dengan selamat nih haha.. dan terimakasih buat hari ini jujur aku seneng banget"
"iya Nin tentu saja akan banyak hari indah yang akan kita laluin setelah ini"
"Yauda aku mau tidur dulu ya capek banget hari ini"
"Oke deh byee.. Seeyou"
Tentu saja Nina tidak langsung pergi tidur, melainkan ia terus memikirkan perkataan Randy itu, ia akan menjalani hari yang indah bersama Randy? apa maksut dari pernyataan itu? hanya dengan memikirkannya sudah membuat jantung Nina berdebar-debar namun tentu saja Randy tidak serius dengan perkataannya Nina meyakini hal itu.
Malam itu merupakan malam yang indah untuk Nina, saat memasuki kamarnya ia menemukan dua buah kado yang tersusun dengan rapi di tempat tidurnya. saat ia melihat kado pertama adalah sebuah jam tangan dan sepasang dress yang sangat anggun dan tentunya adalah dari kedua orang tuanya. namun ia terkejut saat melihat kado kedua tenggorokannya tercekat dan ia tidak dapat bernafas selama beberapa saat, kado itu adalah sebuah boneka yang sangat indah dengan sebuah bunga berwarna senada dengan sebuah surat yang bertuliskan: "Aku tidak yakin akan ini, tapi aku harap kamu menyukainya ({})" ia sangat yakin bahwa kado kedua berasal dari Randy, karena ia sangat hafal dengan tulisan tangannya.
Nina merasa sangat bodoh, tentu saja Randy tadi meneleponnya untuk menanyakan kado yang di berikannya namun Nina malah tidak mengatakan sepatah katapun tentang kado itu. Ia ingin meneleponnya namun tetap saja ia tidak ingin karena takut dikira mengganggu, lagipula ia sudah bilang bahwa ia hendak tidur jadi lebih baik besok saja ngucapin terimakasihnya pada Randy saat di sekolah. Nina segera tertidur karena badannya merasa sangat lelah, tentu saja ia terlelap dengan memegang boneka itu dalam pelukannya.
Jumat, 02 Oktober 2015
Sweet Memories (8)
Tempat itu sangat penuh dengan orang-orang berseni tentunya, terlalu padat dan membuat Nina sedikit risih dengan tatapan orang-orang sekitarnya yang menatapnya dengan tatapan aneh, rata-rata orang yang berada disana adalah pasangan kecuali mereka tentunya yang belum dapat dikatakan sebagai pasangan.
"Hei broo... Apa kabar nih" sapa salah seorang teman Randy
"Baik dong, kaya yang lu liat sekarang aja hehe.."
"Cie yang uda punya pacar sekarang"Goda temannya yang bernama Vino itu
"Haha iyaa.. emang lu jomblo terus"
Jantung Nina serasa tercekat dan ia tidak dapat brgerak dari tempatnya sekujur tubuhnya kaku, apa yang baru saja Randy katakan? ia bahkan tidak membantah ketika temannya mengatakan Nina adalah pacarnya.. harapan itu kembali muncul dalam diri Nina, namun ia tahu dimana ia sekarang mungkin Randy hanya malu jika mengaku ia belum memiliki pacar sampai sekarang, jadi tindakannya juga bukan merupakan perasaan yang dimilikinya, ia tidak boleh berharap terlalu banyak
"Hei Nin.. jalan kesana yuk"Tanpa sadar Randy menarik tangan Nina dan membawanya ke ruangan yang tidak terlalu padat akan orang seperti tadi, karena Randy memang mengetahui bahwa Nina tidak terlalu menyukai keramaian."Apa barusan dia megang tangan gw?"Tanya Nina dalam hati, tapi mungkin itu hanya perasaannya saja karena berada di tengah keramaian.
Nina duduk di sebuah kursi sambil menunggu Randy yang sedang menjumpai rekan lamanya.. ia memutuskan untuk tidak ikut lebih jauh lagi, semakin Randy berada di dekatnya semakin membuat perasaannya aneh. sampai akhirnya ada seorang yang tidak sengaja mengaburkan lamunan Nina "Hei.."
sapa orang di depannya, "Ah.. William lu disini juga?" Nina berusaha sebisa mungkin bersikap wajar, namun tetap saja kegugupan di wajahnya terlalu terlihat. "Hai Nin,, ga nyangka bisa ketemu lu selain di sekolah." Kata Tara dengan senyum sinisnya, huh tentu saja Tara orang disamping William ini yang membuat Nina gugup saat mereka berhadapan, dan di luar itu ternyata perkataan Ryan benar. tadinya Nina tidak berniat untuk membuktikannya sampai bukti itu datang sendiri kepadanya. "Haha iya nih kebetulan banget ya.." Jawab Nina dengan senyumnya yang dipaksakan. Untung saja Randy datang tepat pada waktunya, bagaikan penyelamat bagi Nina bila dilihat dalam situasinya yang sangat buruk itu.
"Hai.. kalian disini juga?"Sapa Randy ramah
"Iya nih Ren, hehe"Jawab Tara dengan senyum genitnya
Hal itu membuat Nina berfikir apa si maunya ini anak seenganya dengan Wiliam disampingnya itu sudah cukuplah.
"Eh sorry ya kita gabisa lama-lama disini, kita mau langsung pergi lagi." Kata Randy dengan senyuman yang tak lepas dari mukanya yang tambun itu.
"Iya kok gpp"
Setelah meninggalkan tempat itu mereka melanjutkan dengan dinner di rumah makan yang sangat terkenal itu, kokiny merupakan inspirasi bagi Nina, dessertnya sangat terkenal. tentu saja yang ada di sana adalah kalangan menengah ke atas, bahkan sangat sulit untuk mendapatkan meja di tempat itu jika tidak memesannya jauh-jauh hari. Dan sekarang Randy mengajaknya ke tempat ini tentu saja itu membuat Nina kagum namun tentu saja ia tidak akan memuji Randy --"
"Kok bisa kamu?" Tanya Nina heran
"Gimana kamu suka?, aku sengaja nyiapin jauh-jauh hari buat ini.. Happy Birthday"
"Hah? Tau darimana" Hal ini membuat Nina lebih terkejut lagi, bagaimana bisa orang yang berada di depannya sekarang ini menyadari bahwa ini adalah hari ulang tahunnya. ia sendiri bahkan hampir melupakannya.
"Thx banget ya Ren.. gw gatau harus ngomong apa" Kata Nina dengan tulus
"Iya Nin sama-sama, thx juga lu selama ini uda selalu ada di samping gw, selalu bisa bikin gw semangat waktu gw down, selalu bisa ngertiin gw. gw gapernah nemuin sahabat sebaik lu sebelumnya"
Kata-kata Randy yang mengalir itu seolah-olah membuat Nina terhanyut sampai pada kata terakhir.
"Iya Ren.."
Kamis, 24 September 2015
Sweet Memories (7)
Ryan berjalan terburu-buru, bahkan saking tidak bisa berkonsentrasinya, ia tersandung dan menabrak beberapa murid yang masih ada di sekolah saat itu. "Nina tunggu"Teriak Ryan setengah ngos-ngosan.
Nina hanya berbalik tanpa mengucapkan sepatah katapun ia menunggu Ryan menghampirinya.
"Tadi gw liat William sama Tara kayanya mereka udah jadian deh. hosh hosh.."Kata Ryan terbata-bata
"Terus?"Tanya Nina sambil terus berjalan meninggalkan Ryan
"Ya jadi saran gw lu gausa percaya sama dia lagi sama kata-kata manisnya ato apaanlah"
"Oke.. thankyou infonya gw harus pulang sekarang"
Akhirnya Ryan menyerah juga mengikuti Nina, dan membiarkan Nina pulang dengan tenang.
"Maa.. Nina pulang" teriak Nina saat sampai di rumahnya
"Ibunya lagi gaada non, katanya bakalan lama perginya soalnya ke luar kota jadi kalo butuh apa-apa bilang aja ke bibi"Kata salah seorang pembantu di rumah itu
"Oke bi makasih.."
"Mama selalu aja kaya gitu, pergi-pergi ,terus ga ngabarin lagi."gerutu Nina saat berjalan ke kamarnya
"oh iya non tadi ada telepon dari Randy, katanya kalo uda pulang disuruh telepon balik"
"Oh oke.."
Setelah memasuki kamarnya Nina segera menelepon Randy, dengan perasaan berdebar-debar Nina menunggu Randy menerimananya. apa yang membuat Randy meneleponnya, Randy bukan orang kurang kerjaan yang biasa telepon ke semua orang setiap saat, dan itu berarti ada sesuatu yang penting.
"Hallo.."Suara Randy membuatnya tersadar dari lamunannya saat itu
"Hallo, kenapa Dy, katanya tadi kamu telepon pas aku belom pulang"
"Nanti sore ada acara ngga? sorry banget si ini dadakan soalnya aku gatau harus ngajak siapa lagi ke acara nanti malem"
"Emang kamu mau kemana? aku si bisa-bisa aja"
"Beneran bisa? aku di undang ke pameran music acaranya dinner gitu, sama banyak temen lama juga"
"Ohh.. oke deh"
"Aku jemput kamu jam 7 ya"
"oke byee"
Setelah menutup teleponnya Nina segera berlari menuju lemari pakaiannya, ia bingung karena ini adalah pertama kalinya ia keluar dengan lelaki dan itu hanya berdua. semua baju yang semula tersusun rapi di lemarinya sekarang telah berada di kasur dengan keadaan yang berantakan, semua baju di cobanya satu persatu, bahkan ia juga meminta pendapat pembantunya.Sampai akhirnya ia memilih untuk memakai terusan berwarna pink tanpa lengan yang terlihat sederhana namun elegan.
tok.tok..tok...
"Silakan masuk Tuan.."
"Oh iya makasih bi, Ninanya ada?"
"Ada Tuan sekarang masi di kamarnya.."
"Yasudah biar saya tunggu disini saja"
"Non.. tamunya sudah datang"
"Iya nanti saya kebawah"
Nina pun keluar dari kamarnya menuju tangga, perasaanya saat ini sukar terlukiskan. yang ia tahu hanya ia bahagia saat ini.
Rabu, 23 September 2015
Sweet Memories (6)
*Flashback*
Beberapa bulan yang lalu sempat terjadi pertemuan yang cukup sinis antara Vio dan Nina, pada saat Nina memergoki Randy dan Vio sedang berjalan tanpa memberitahu Nina.Nina merasa dirinya dihianati entah apa yang ada difikirannya saat itu ,ia berjanji untuk tidak mendekati Randy lagi walaupun akhirnya Randy meminta maaf dan tentu ia memaafkannya. Dan saat ini ia bertemu lagi dengannya tentu saja Nina tidak menyukai Vio, karena motivasinya pindah ke sekolah ini tidak lain adalah untuk lebih dekat dengan Randy.bahkan Vio mendekati salah satu teman Randy yang cukup akrab dengannya. caranya itu menurut Nina sangat licik, kalau ingin mendekati ya dekati saja tidak usah lewat perantara.
Baru sekitar satu minggu Vio bersekolah di sekolah barunya itu namun, sudah banyak orang yang tidak menyukainya, karena sikapnya yang sombong dan suka pamer itu. Nina termasuk salah seorang yang tidak menyukai Vio namun bukan berarti ia membencinya.
***********************************************
Hari-hari di sekolah yang padat mulai dilalui oleh anak-anak kelas 11 itu. mereka sibuk mempersiapkan pentas seni yang akan diadakan sebentar lagi oleh sekolah . masing-masing kelas berusaha menampilkan yang terbaik. begitu juga dengan Nina dan Randy yang merupakan perwakilan dari kelas mereka. setelah belajar piano selama beberapa bulan Nina pun menyerah dan meminta Randy untuk menngiringinya namun di luar dugaan Randy malah sengaja mengajaknya berduet dan tentu saja Nina tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memanas-manasi Vio itu.
"Jadi lagu apa yang mau kalian nyanyiin?" Tanya Ryan
"Human Love" Jawab Nina singkat
"itu bukannya lagunya galau sedih gitu ya?"
"iya, karena lagu sedih bisa membuat kita merenung dan lebih mendalami kehidupan kita"
"Lu romantis ya"
Nina hanya memberikan senyumannya sebagai jawaban dari pertanyaan yang tidak perlu dijawab itu.
Setelah keduanya keluar dari ruangan musik Ryan melihat kalau kelas juga sudah kosong. Tadinya ia ingin masuk namun sepertinya sudah terlambat. Ia melihat Tara berjalan dengan gembira menghampiri seseorang . Ryan menahan napas. ternyata Tara menyambut William dengan wajah gembira yang tidak terlukiskan. Karena penasaran Ryan meninggalkan Nina yang sebenarnya telah lebih dulu pergi dan ia mengikuti mereka berdua sampai tiba di parkiran Tara naik sebuah motor duduk dibelakang William yang telah bersiap untuk mengendarai motornya. Ia begitu terpaku sehingga tak dapat bergerak dari tempatnya berdiri. yang ingin ia lakukan saat ini hanya satu yaitu berlari menuju Nina dan memberitahu semua kebusukan William yang selama ini hanya pura-pura baik kepadanya, Ryan sangat marah ketika mengetahui Wiliam membohongi sahabatnya itu.
Selasa, 22 September 2015
Sweet Memories (5)
Perkataan William kembali terngiang-ngiang di dalam benaknya. apakah William masi memiliki perasaan itu? apakah dia tidak melupakannya. ia fikir dalam waktu 2 tahun dapat mengubah semuanya, termasuk perasaan Wiliam kepadanya. Namun jika itu salah ia tidak menyesal, karena saat ini tidak tersisa perasaan apapun untuknya semuanya telah terlambat.
Tanpa sadar tatapan Randy mengikuti tatapan Nina yang mengarah kepada satu orang yang tak lain adalah William."kamu masih suka dia?"
"siapa?"
"Wili?"
"Oh anak baru itu kenapa harus nyebut pake nama panggilan gw kan jadi bingung"
Randy mengerutkan keningnya karena Nina belum menjawab pertanyaan yang diajukannya."jadi kamu masi suka dengannya?" tanyanya lagi.
Nina kembali menatap Randy "Suka sama?.. ha maksutnya aku suka sama Wiliam gitu? enggalah" Wajah Nina spontan menjadi merah "kok kamu bisa ngomong gitu sih? jelas-jelas kan kamu uda tau" Sekarang giliran Randy yang bertanya "dari tadi kamu menatapnya terus" Nina cemberut sebal "menatap bukan berarti suka kan"
*************************************
"hai Nin.." sapa Dewi dengan lembut
"Oh hai,, tumben lu uda dateng"
"iya nih ada pr kan hari ini?"
"What? pr apaan?"
"Inggris yang no 1-50 tuh" Jawab Dewi santai
"yaudalah gw ngerjain dulu ya.. kalo gabisa gw tanya lu nanti"
Setelah itu Nina segera berlari ke pojok ruangan kelas itu yang merupakan tempat duduknya, ia mulai mengerjakan pr yang di maksut itu, walaupun ia tidak mengerti apa yang ia kerjakan namun ia yakin seengganya ada yang bener kalo ga satu ya dualah ya..
KRINGG!!!!!!!!!!!
"selamat pagi anak-anak"
"Pagi bu..."
"sebelum mulai pelajaran ibu mau kasi tau bahwa di kelas kalian ada satu orang murid baru lagi, ibu harap kalian dapat bersosialisasi dengan baik ya, silakan masuk"
"apaan si ni kelas, masa banyak banget murid baru" gerutu Nina sebal
"gpp dong biar seru"Jawab William sambil mengedipkan mata
"Hai teman-teman nama saya Violeta kalian bisa panggil saya vio saya pindahan dari sekolah X.."
"what?... aigoo"Tubuh Nina terasa lemas seketika ketika mengetahui siapa murid baru dikelasnya itu. Setelah itu sang guru segera membahas pr kemarin yang 1-5 nomer itu.. lagi-lagi Nina dikerjai oleh sahabat-sahbatnya yang jahil itu, karena memang ia tertidur saat pelajaran itu jadi tidak mendengarkan sepatah katapun.
Setelah jam pelajaran itu berlalu Nina segera meminta izin untuk pulang karena badannya benar-benar lemas seketika dan seluruh tubuhnya terasa panas. dengan diantar oleh Randy sam,pai di depan gerbang sekolah Nina pun pulang dengan perasaan aneh.
"Hati-hati ya Nin.. Gwrs juga.."Kata Randy
"Oke makasih, lu juga jangan nakal ya nanti" Balas Nina dengan senyum sinisnya itu.
"Kamu lagi apa sendirian?" Lagi-lagi pertanyaan Randy membuat Nina gugup, dan ia hanya diam saja seolah-olah tidak perduli akan perkataan Randy. "hei kamu lagi ngapain disini?".
"oh lagi duduk aja"Jawab Nina gugup.Tanpa sadar tatapan Randy mengikuti tatapan Nina yang mengarah kepada satu orang yang tak lain adalah William."kamu masih suka dia?"
"siapa?"
"Wili?"
"Oh anak baru itu kenapa harus nyebut pake nama panggilan gw kan jadi bingung"
Randy mengerutkan keningnya karena Nina belum menjawab pertanyaan yang diajukannya."jadi kamu masi suka dengannya?" tanyanya lagi.
Nina kembali menatap Randy "Suka sama?.. ha maksutnya aku suka sama Wiliam gitu? enggalah" Wajah Nina spontan menjadi merah "kok kamu bisa ngomong gitu sih? jelas-jelas kan kamu uda tau" Sekarang giliran Randy yang bertanya "dari tadi kamu menatapnya terus" Nina cemberut sebal "menatap bukan berarti suka kan"
*************************************
"hai Nin.." sapa Dewi dengan lembut
"Oh hai,, tumben lu uda dateng"
"iya nih ada pr kan hari ini?"
"What? pr apaan?"
"Inggris yang no 1-50 tuh" Jawab Dewi santai
"yaudalah gw ngerjain dulu ya.. kalo gabisa gw tanya lu nanti"
Setelah itu Nina segera berlari ke pojok ruangan kelas itu yang merupakan tempat duduknya, ia mulai mengerjakan pr yang di maksut itu, walaupun ia tidak mengerti apa yang ia kerjakan namun ia yakin seengganya ada yang bener kalo ga satu ya dualah ya..
KRINGG!!!!!!!!!!!
"selamat pagi anak-anak"
"Pagi bu..."
"sebelum mulai pelajaran ibu mau kasi tau bahwa di kelas kalian ada satu orang murid baru lagi, ibu harap kalian dapat bersosialisasi dengan baik ya, silakan masuk"
"apaan si ni kelas, masa banyak banget murid baru" gerutu Nina sebal
"gpp dong biar seru"Jawab William sambil mengedipkan mata
"Hai teman-teman nama saya Violeta kalian bisa panggil saya vio saya pindahan dari sekolah X.."
"what?... aigoo"Tubuh Nina terasa lemas seketika ketika mengetahui siapa murid baru dikelasnya itu. Setelah itu sang guru segera membahas pr kemarin yang 1-5 nomer itu.. lagi-lagi Nina dikerjai oleh sahabat-sahbatnya yang jahil itu, karena memang ia tertidur saat pelajaran itu jadi tidak mendengarkan sepatah katapun.
Setelah jam pelajaran itu berlalu Nina segera meminta izin untuk pulang karena badannya benar-benar lemas seketika dan seluruh tubuhnya terasa panas. dengan diantar oleh Randy sam,pai di depan gerbang sekolah Nina pun pulang dengan perasaan aneh.
"Hati-hati ya Nin.. Gwrs juga.."Kata Randy
"Oke makasih, lu juga jangan nakal ya nanti" Balas Nina dengan senyum sinisnya itu.
Sweet Memories (4)
Berikutnya adalah pelajaran seni rupa, para murid disuruh untuk menggambar sketsa dengan menggunakan pensil saja. Randy sudah selesai menggambar di kertas A3 miliknya dan kini ia sedang menulis sesuatu di dalam buku birunya itu. karena penasaran Nina pun memberanikan diri untuk bertanya walaupun ia tahu tidak akan diberitahu namun sifat keponya memaksanya untuk bertanya.
"Dy.. nulis apa sih serius banget?"
"hem?"
"Gw sering liat lu kemana-mana bawa buku itu"
"rahasia"
Nina cemberut saat mendengar jawaban yang sama sekali tidak memuaskan itu.
"Kalo marah jadi tembem gitu lucu!"
Tanpa sadar muka Nina memerah, padahal ia tidak merasakan apapun ketika orang lain yang mengatakannya, bahkan ketika William mengatakan suka padanya perasaannya sungguh berbeda.
"Ehem.., kalian cukup akrab ya"Kata William sambil lalu
"Iya dong akrab, banget malahan" Jawab Randy dengan nada mengejek
"Yang pasti ga mungkin seakrab kita dulu kan Nin?" Kata William sambil berjalan keluar, karena memang bel istirahat telah berbunyi.
Setelah kepergian William tadi Nina bertanya-tanya, apa maksut William mengatakan ini semua? semenjak William pergi dari hidupnya ia telah berjanji untuk tidak lagi mengingat hal-hal yang berhubungan dengannya, bahkan dulu Nina mengingat setiap detail untuk waktu yang mereka habiskan bersama.Nina berfikir bahwa dengan kembali ke kotanya, ia dapat melupakan Wiliam dan dapat menjauhkan diri darinya namun itu salah, William malah mengejarnya ke kota ini. jika saja Nina belum mengenal Randy pasti Ia sudah berbalik mengejar William seperti dulu, hal bodoh yang sering ia lakukan .
Saat ia menyusuri lorong kelas Nina melihat keramaian di dekat kantin, karena sifat keponya itu ia mendatangi tempat tersebut untuk melihat apa yang sedang terjadi disana, ternyata ada sekumpulan anak perempuan yang sedang mengerumuni anak baru, yang tak lain adalah William. saat tatapan Nina bertemu dengan William Nina hanya menatap sinis tanpa mengucapkan sepatah katapun, namun dengan tatapan itu membuat William pergi dari kerumunan orang -orang itu. "Maaf ya aku mau ketemu temen lamaku dulu."
William berlari meninggalkan sekumpulan orang-orang yang masi memperhatikan dirinya itu.
"hei, kenapa liatinnya gitu banget? ga heran kan? kalo gw emang populer dimana aja"Kata William senang.
"gausa banyak omong, mau lu apa?" Tanya Nina dengan tidak sabar
"Eits,, kalo lu mikir gw kesini ngejer lu, lu salah. papah gw ada proyek disini jadi ya gw terpaksa ikut.. tapi kalau misalnya cowo yang duduk di sebelah lu itu gabisa bikin lu seneng jangan salahin gw kalo ngerebut lu dari dia." Setelah itu William kembali meninggalkan Nina dan berjalan sendirian.
Langganan:
Komentar (Atom)
new story what's eternal life? cek wattpad @ruthanii life is eternal, love is immortal and death is only a horizon. life is eterna...
-
"sekarang aku masih di jalan.. baru mau berangkat sekolah . aku juga tahu sekarang sudah jam tujuh kurang lima belas menit, yaa.. ...
-
Sepulang sekolah, Boy yang tidak terima bahwa cintanya itu di tolak, ia bertindak utnuk mencelakakan Nina dengan cara mobil mili...









